Suku Bangsa Dayak Bakati' di Pulau Kalimantan, Indonesia
Nikekuko - Suku Dayak Bakati’ tersebar di Kabupaten Sambas dan Bengkayang. Subsuku Dayak Bakati’ ini memperlihatkan banyaknya frekuensi pengucapan kata ’kati’yang berarti ’tidak’ dalam percakapan mereka sehari-hari.
Keberagaman Subsuku Dayak dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat, di dalam Suku Dayak Bakati’ ini dibagi lagi menjadi 12 subsuku Dayak Bakati’, yaitu:
- Bakati’Kanayatn Satango
- Bakati’ Rara
- Bakati’Kuma
- Bakati’Riok
- Bakati’Lape
- Bakati’ Sara
- Bakati’Lumar
- Bakati’ Sebiha
- Bakati’Palayo
- Bakati’Subah
- Bakati’ Payutndan
- Bakati’Taria
Masyarakat Dayak Bakati’ pada awalnya menganut kepercayaan terhadap hal-hal yang dianggap gaib, baik kepada roh-roh nenek moyang, batu-batuan, gunung-gunung dan lain sebagainya yang dianggap memiliki kekuatan dan mempunyai kekuasaan di wilayah tersebut.
Tetapi pada saat ini sebagian besar masyarakat sudah menganut agama resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, terutama agaman Kristen (baik Katholik maupun Protestan) dan ada juga yang menganut agama Hindu.
Walaupun secara administrasi dalam kehidupan bernegara mereka telah memiliki agama resmi, namun dalam praktik kehidupannya sehari-hari, masyarakat Dayak Bakati’ tetap meyakini dan melaksanakan kepercayaan terhadap agama lama yang mengandung unsur-unsur kegaiban dan kesakralan.
Kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atau kepada Tuhan yang satu disebut dengan istilah Tuan Allah. Tuan Allah inilah menurut kepercayan mereka yang mengatur segala aspek kehidupan.
Kepercayaan masyarakat Dayak Bakatijuga percaya bahwa Tuan Allah yang menciptakan alam semesta ini dan kemudian menciptakan manusia yang pertama (Adam dan Hawa, dalam versi agama Islam), dalam bahasa Bakati’ disebut Nange’ nampa nikank’ nononk.
Sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni
-Percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga
-Kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal.
Dalam sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ memiliki kepercayaan bahwa setelah meninggal dunia, maka roh-roh orang tersebut jasadnya akan terus hidup.
Bahkan, ada juga anggapan bahwa roh nenek moyang yang telah sampai di surga (saruga) dapat kembali ke dunia ini menjadi pelindung keluarga atau masyarakat. Kepada roh inilah terkadang masyarakat memohon perlindungan dan menyampaikan permohonan.
Selain itu, masyarakat Dayak Bakati’ juga percaya adanya dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas adalah dunia di mana manusia yang hidup tidak bisa melihatnya. Dunia ini hanya ada dalam konsep dan dipercayai masyarakat.
Mereka percaya bahwa setelah meninggal roh manusia kelak akan menuju ke sana dan mereka yang telah meninggal juga tidak semua rohnya dapat menuju ke sana, melainkan sesuai dengan perbuatan dan tindakannya selama ia masih hidup.
Sementara orang yang meninggal namun rohnya tidak dapat masuk ke dunia atas, menurut kepercayaan mereka tetap berada di dunia bawah dan roh-roh inilah yang selalu mengganggu kehidupan manusia.
Ini sesuai dengan perbuatan semasa ia masih hidup yang selalu berbuat jahat sehingga Nyaibata tidak mau menerimanya.Tuhan yang satu dipercayai oleh masyarakat Dayak Bakati’ adalah yang mengatur dan memelihara hidup manusia, namun dalam praktik kepercayaan mereka sehari-hari , Tuhan yang satu tersebut dibantu oleh penguasa-penguasa yang menguasai tempat-tempat tertentu.
Penguasa-penguasa itu berwujud roh-roh halus/ roh-roh nenek moyang yang dalam bahasa setempat disebut dengan Nyaibata.
Nyaibata disamakan dengan roh-roh yang baik sebab semasa hidupnya ia dianggap orang yang selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan sebagai orang yang berjasa.
Nyaibata tersebut menguasai tempat-tempat tertentu, ada
- Nyaibata Mani Amas(penjaga gunung),
- Nyaibata Salina Pusat Pain’t (penjaga sungai),
- Nyaibata Silot(penjaga/pelindung nyawa yang hidup di dunia).
Sementara untuk memelihara manusia sebagai pelindung jiwa manusia disebut dengan Ubah Mansaridan Ngina Ukur Untung sebagai pemelihara manusia.
Sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ mempercayai jika Nyaibata sebagai pembantu Tuan Allah mempunyai 2 sifat/karakter dalam menjalankan tugasnya, yaitu karakter baik dan karakter buruk. Karakter/sifat buruk dari Nyaibata nampak melalui amarahnya di antaranya terjadi malapetaka yang menimpa kehidupan manusia, misalnya wabah penyakit, kegagalan panen, dan sebagainya.
Apabila Nyaibatamenunjukkan kebaikannya, maka manusia akan memperoleh ketentraman dan keharmonisan hidup.
Serta jauh dari malapetaka. Untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan hubungan dengan Nyaibata tersebut, maka masyarakat Dayak Bakati’ selalu mengadakan upacara-upacara tradisional dengan memberikan persembahan kepada Nyaibata.
Ini bertujuan agar manusia diberikan kehidupan yang aman dan sejahtera jauh dari segala bala dan amarah. Sedangkan persembahan ditujukan kepada para penguasa agar tidak mengganggu ketentraman kehidupan masyarakat.
Biasanya sifat buruk atau kemarahan dari Nyaibata timbul karena ketidak taatan manusia yang telah melanggar apa yang telah dipantangkan atau tidak mentaati norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Dalam sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ saat pemujaan tidak mengenal waktu dan hari. Apabila seseorang menginginkan berkomunikasi dengan Tuan Allah dapat dilakukan pada setiap saat dan kapan saja, namun penyampaian permohonan itu harus menghadap ke timur.